Dalam ayat keenam dalam surat Hud, Allah menyatakan bahwa Dia menyediakan rezeki atau “makanan” bagi semua makhluk, yakni seluruh pemberian yang tersedia bagi kelangsungan hidup mereka.
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Huud, 11: 6)
Jika kita perhatikan keadaan sekitar secara saksama dan bijaksana, akan terlihat dengan mudah bagaimana Allah “memberi makan” semua makhluk hidup. Semua makanan dan minuman merupakan benda yang “diciptakan” dan “dibuat”. Air yang kita minum, roti, buah, dan sayuran yang kita makan, merupakan hasil penciptaan yang khusus.
Misalnya buah jeruk. Jeruk terbentuk pada dahan pohon, yang sebe-narnya merupakan kumpulan kayu. Pohon itu menyerap mineral dan air dari tanah, lalu mengombinasikannya dengan energi yang diperoleh dari matahari. Jeruk yang dihasilkannya sangat berkhasiat bagi tubuh, sangat lezat dan harum saat dimakan. Selain itu, jeruk memiliki kemasan yang sangat sehat serta menarik secara estetika.
Bagaimana pohon dapat menghasilkan buah seperti itu? Mengapa buahnya bermanfaat bagi tubuh? Mengapa semua buah-buahan mengan-dung vitamin penting yang sesuai dengan musim tumbuhnya? Mengapa rasanya sangat lezat dan tidak pahit? Mengapa aromanya begitu harum dan tidak berbau busuk?
Tentu saja, pohon hanya tersusun dari kayu dan tidak mungkin dapat menghasilkan buah dengan sendirinya, lalu melengkapi buah itu dengan zat-zat yang penting bagi manusia. Sebagaimana Allah menjamin kehi-dupan manusia, Dia juga menjamin kehidupan hewan. Pada halaman-halaman berikut akan dibahas teknik-teknik berburu yang digunakan sebagian makhluk hidup untuk mencari makan.
Sebenarnya sangat mudah bagi manusia untuk memahami kekua-saan dan kekuatan Allah bila ia sungguh-sungguh mempelajari, dalam batas-batas kearifan dan logikanya, sistem yang dianugerahkan kepada hewan untuk mendapatkan makanan. Setiap hewan yang dibahas dalam bab ini hanyalah sedikit saja dari sekian banyak contoh agung yang disebarkan Allah di muka bumi.
Misalnya, betapa menakjubkan “teknik memangsa” yang dimiliki ikan pada halaman ini (atas). Ikan itu tidak mengejar mangsa, ataupun diam-diam mengintai lalu menyergap. Sekilas, ia tidak tampak berbeda dengan ikan lain. Namun, begitu siripnya ia angkat, seekor “ikan palsu” muncul pada punggungnya. Saat ikan lain mendekati ikan palsu kecil ini, tanpa menyadari pemilik sirip yang sesungguhnya, ia akan dimangsa dengan mudah.
Apakah ikan ini menciptakan sendiri sirip yang mirip ikan kecil ini? Atau, apakah ada serangkaian kebetulan yang membentuk sirip itu pada ikan? Mustahil ikan tersebut mampu merancang dan melakukan cara memangsa yang demikian hebat. Tak perlu diragukan lagi, semua kemampuan yang luar biasa tersebut membawa kita pada sebuah kenya-taan: adanya Allah Yang Mahabijaksana dan Maha Pencipta.
Laba-laba Pelompat
Untuk menghasilkan lompatan luar biasa ini, ia meng-gunakan kedelapan kakinya yang bekerja dengan prinsip tekanan hidrolis. Lalu, dengan tiba-tiba ia mencapai mangsa dan menusukkan rahangnya yang kuat. Lompatan ini biasa-nya dilakukan di tengah kerimbunan dedaunan. Labah-labah tersebut harus memperhitungkan sudut yang paling sesuai untuk melakukan lompatan yang berhasil, serta mempertimbangkan kecepatan dan arah mangsanya.
Yang lebih menarik adalah cara labah-labah ini menyelamatkan diri setelah menangkap mangsa. Ia bisa saja mati, sebab ketika melompat untuk menangkap mangsanya, ia meluncur ke udara dan dari ketinggian itu bisa jatuh terhempas ke tanah (labah-labah ini biasanya hidup di pucuk-pucuk pohon). Namun, labah-labah ini tidak bernasib demikian. Sebelum melompat, ia mengeluarkan benang yang menempel pada ran-ting pohon, sehingga tubuhnya tetap tergantung di udara dan mencegah-nya jatuh ke tanah. Benang ini begitu kuat, mampu menahan beban labah-labah dan mangsanya sekaligus.
Keistimewaan lain yang menarik adalah, racun yang ia suntikkan mampu mencairkan jaringan tubuh mangsa. Jaringan tubuh yang telah dicairkan inilah yang ia jadikan makanan.
Tentu saja, kemampuan labah-labah ini tidak dihasilkan oleh kebetulan. Ia harus memiliki dua jenis keterampilan sekaligus: melompat, dan secara bersamaan, membuat benang yang mencegahnya jatuh. Bila tidak dapat melompat, ia akan kelaparan dan mati. Bila ia tidak dapat membuat benang atau benang itu tak cukup kuat, tubuhnya akan terhempas ke tanah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai struktur tubuh yang sesuai untuk melompat dan juga suatu sistem untuk menghasilkan benang yang kuat saat ia mengangkat mangsanya.
Selain itu, laba-laba itu juga bukan sekadar sebuah mekanisme yang menghasilkan benang dan melompat, melainkan suatu organisme hidup yang rumit, beserta segala keunikan fisiknya secara utuh. Perkembangan kemampuan ini tidak boleh tertunda. Sebagai contoh, mungkinkah ada seekor labah-labah tanpa sistem pencernaan yang lengkap?
Teknik Menyamar
Bila Anda ditanya, apa yang terlihat pada gambar atas, tentu Anda akan menjawab: “Ada beberapa ekor semut di atas dan di bawah daun.” Sebenarnya yang terdapat di bawah daun adalah labah-labah pelompat yang sedang mengintai untuk memangsa sekawanan semut hidup. Labah-labah pelompat jenis ini begitu mirip dengan semut, sehingga semut pun mengira bahwa labah-labah itu temannya.
Satu-satunya perbedaan antara semut dan labah-labah adalah jumlah kakinya. Labah-labah memiliki delapan kaki sedangkan semut hanya enam. Untuk melenyapkan “cacat” ini, yang membuatnya mudah dike-nali, labah-labah menjulurkan dua kaki depannya ke depan dan meng-angkatnya ke atas, sehingga menyerupai antena semut.
Tidak hanya itu penyamaran yang dilakukan laba-laba. Hewan ini juga membutuhkan pola mata tertentu yang akan membuatnya mirip se-mut. Matanya sendiri tidak besar dan tidak berbentuk bintik gelap seperti mata semut. Namun, satu keistimewaan bawaan yang ia miliki memban-tunya memecahkan masalah ini. Laba-laba ini memiliki dua bintik besar di kedua sisi kepalanya. Kedua bintik ini menyerupai mata semut. (Perha-tikan kedua bintik di sisi kepala laba-laba pada gambar di halaman 94).
Ular Derik
Detektor panas yang terletak pada rongga depan di dalam kepala ular derik mampu menangkap cahaya inframerah yang berasal dari panas tubuh mangsanya. Kemampuan mendeteksi panas ini demikian sensitif, sehingga dapat mengetahui kenaikan panas sebesar 1/300 kali dari semula. Dengan lidah yang bercabang sebagai organ penciuman, ular itu dapat merasakan adanya seekor tupai yang diam tak bergerak dari jarak setengah meter dalam kegelapan.
Setelah menentukan lokasi mangsa dengan tepat, ular itu merayap diam-diam mendekatinya tanpa menimbulkan bunyi. Ketika jaraknya telah cukup, ia menyerang, membengkokkan kemudian merentangkan lehernya untuk mencapai mangsa dengan sangat cepat. Seketika itu pula gigi pada rahangnya yang kuat telah siap ditancapkan. Rahang itu dapat terbuka selebar 180. Semua ini terjadi dalam kecepatan sangat tinggi, setara dengan kecepatan mobil dari 0 km/jam menjadi 90 km/jam hanya dalam waktu setengah detik.
Panjang “gigi berbisa” kurang-lebih 4 cm. Ini merupakan senjata paling tangguh untuk membuat mangsa tidak berdaya. Di dalam gigi ini terdapat saluran yang terhubung ke kelenjar bisa. Begitu ular menggigit, kelenjar ini berkontraksi dan mengalirkan bisa dengan kekuatan dahsyat melalui saluran di dalam gigi ke tubuh korbannya. Selain melumpuhkan sistem saraf pusat, bisa ular juga menyebabkan kematian korban akibat penggumpalan darah. Bisa ular sebanyak 0,028 gram cukup untuk membunuh 125.000 tikus. Efek bisa ular bekerja sangat cepat, sehingga mangsa tidak sempat melawan. Setelah itu, ular tinggal menelan mangsa yang telah ia lumpuhkan melalui mulutnya yang sangat elastis.
Meskipun semua orang tahu ular itu berbisa, hampir tak ada yang memikirkan bagaimana ini terjadi. Sesungguhnya, teknologi yang dimi-liki hewan untuk membunuh mangsanya dengan racun merupakan hal yang sungguh mengherankan dan luar biasa. Mereka yang tetap me-nyangkal keberadaan Allah tentu tidak akan mampu menjelaskan bagai-mana ular memperoleh kemampuan luar biasa ini. Sistem bisa di mulut ular sangat rumit dan canggih. Agar sistem ini berfungsi, ular harus memiliki “gigi berbisa” dengan saluran bisa di dalamnya, dan kelenjar bisa yang terhubung ke gigi tersebut. Ia juga harus menghasilkan bisa yang sangat kuat untuk melumpuhkan mangsanya, dan gerakan refleks bisa ini harus bekerja begitu ular menggigit mangsanya. Sistem multi-komponen ini tak dapat berfungsi bila salah satu organ pendukungnya tidak ada. Andai demikian halnya, ular akan dimangsa hewan yang diburunya.
Kemampuan luar biasa untuk mendeteksi bau dan perubahan panas ini memperlihatkan betapa alam sangat terperinci dalam setiap detail desainnya. Inilah peristiwa luar biasa yang hanya bisa disebut sebagai “keajaiban”. Alam tidak mungkin mampu menciptakan keajaiban yang “supranatural”. Alam adalah sebuah nama bagi segala keteraturan di sekeliling manusia. Pencipta alam tentu saja bukan bagian dari alam itu sendiri. Hukum alam adalah hukum yang ditetapkan Allah, yang mengatur hubungan di antara semua makhluk ciptaan-Nya.
Menegaskan konsep secara tepat tentu akan membuka kebenaran sejati. Di sisi lain, membuat konsep yang membingungkan merupakan ciri-ciri orang yang tidak beriman. Mereka melakukan itu untuk me-nyembunyikan kenyataan dan mengingkari fakta penciptaan yang sa-ngat jelas.
Pemangsa yang Unik: Tumbuhan Venus
Selain hewan-hewan predator yang dijelaskan sebe-lumnya, terdapat pula beberapa jenis tumbuhan yang “memangsa” dengan cara mengagumkan. Salah satunya adalah “Venus”, tumbuhan yang menangkap dan me-makan serangga yang hinggap.
Tumbuhan ini mendapatkan mangsa dengan cara se-bagai berikut: seekor lalat yang sedang mencari makan tiba-tiba menemukan tumbuhan yang sangat memikat: tumbuhan Venus. Bentuk tumbuhan ini mirip sepasang tangan yang sedang memegang mangkuk. Yang mem-buatnya menarik, selain warnanya yang merah menyala, tumbuhan ini juga mengeluarkan bau harum yang berasal dari kelenjar di sekitar kelopak. Lalat terpikat oleh bau harum ini dan mendarat di atas kelopak tanpa ragu. Ketika bergerak untuk mencari makanan, tanpa sengaja lalat me-nyentuh bulu-bulu kelopak yang tampaknya tidak berba-haya. Beberapa saat kemudian, kelopak menutup dengan cepat. Lalat terjepit kuat di antara dua kelopak tersebut. Tumbuhan Venus mulai mengeluarkan cairan yang “mela-rutkan daging” sampai bentuk lalat berubah menjadi se-macam gel. Gel ini kemudian diserap tumbuhan.
Tumbuhan Venus menangkap lalat dengan kecepatan yang sungguh luar biasa. Kelopak menutup dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada kecepatan tangan manusia. (Cobalah menangkap lalat yang hinggap di telapak tangan. Kemungkinan besar Anda akan gagal, namun tumbuhan ini berhasil melakukannya). Bagaimana tumbuhan yang tidak memiliki tulang maupun otot ini dapat melakukan gerakan sedemikian cepat?
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada sistem listrik pada tumbuhan Venus. Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: gesekan serangga pada bulu kelopak dite-ruskan kepada reseptor yang terletak di bawah bulu. Bila gesekan mekanik ini cukup kuat, reseptor akan mengi-rimkan sinyal listrik ke seluruh permukaan kelopak, seperti gelombang air di kolam. Sinyal listrik ini diteruskan menuju sel-sel penggerak agar kelopak menutup tiba-tiba, dan akhirnya mekanisme diaktifkan untuk menyerap lalat.
Selain sistem stimulus pada tumbuhan, sistem mekanisme untuk me-nutup kelopak juga diciptakan dengan sempurna. Begitu sel-sel dalam tumbuhan tersebut menerima stimulus listrik, terjadi perubahan kon-sentrasi air di dalam sel. Sel-sel kelopak mengeluarkan air dari tubuh me-reka. Peristiwa ini mirip dengan kempesnya sebuah balon. Sebaliknya, sel-sel di luar kelopak menyerap kelebihan air dan kemudian mengem-bang. Proses menutupnya kelopak ini sama persis dengan saat manusia menggerakkan tangannya; satu otot berkontraksi dan satu otot mengendur.
Lalat yang terjebak di dalam kelopak sebenarnya menyentuh bulu-bulu kelopak berkali-kali, menye-babkan sinyal listrik dilepaskan kembali sehing-ga kelopak menutup lebih rapat. Sementara itu, kelenjar-kelenjar pencernaan pada kelopak pun mulai diaktifkan. Akibat stimulus ini, kelenjar-kelenjar itu mem-bunuh serangga dan melarutkan tubuh-nya perlahan-lahan. Jadi, tumbuhan me-makan cairan pencernaan yang telah berubah menjadi hidangan lezat dengan diperkaya protein tumbuhan tersebut. Pada akhir proses pencer-naan, mekanisme yang telah menye-babkan kelopak tertutup kemudian bekerja kembali secara terbalik untuk membuka kelopak.
Sistem ini juga memiliki keisti-mewaan lain yang menarik: untuk menutup kelopak, bulu-bulu harus disentuh dua kali berturut-turut. Sentuhan pertama membangkitkan muatan listrik statis, namun tidak membuat kelopak me-nutup. Kelopak hanya dapat menutup pada sentuhan kedua setelah muatan listrik statis mencapai batas tertentu dan dilepaskan. Dengan mekanisme ganda ini, kelopak tidak akan menutup tanpa kehadiran mangsa. Misalanya, kelopak tidak akan menutup saat terkena setetes air hujan.
Sekarang, mari renungkan sistem yang sangat canggih ini. Keseluruhan sistem harus ada dalam waktu bersamaan untuk dapat menangkap dan mencerna mangsa. Bila salah satu komponen sistem tidak ada, berarti tumbuhan itu akan mati. Misalnya, bila tidak ada bulu di dalam kelopak, kelopak tak dapat menutup karena tidak akan terjadi reaksi apa pun pada tumbuhan meskipun serangga berjalan bolak-balik di dalam kelopak. Demikian pula, jika mekanisme menutupnya ada, namun sama sekali tidak ada kelenjar pencernaan, keseluruhan sistem tidak akan berguna. Singkatnya, bila salah satu unsur dari sistem ini tidak ada, tumbuhan akan mati.
Tumbuhan Venus, sejak diciptakan, pasti telah memiliki kemampuan seperti itu. Tumbuhan ini tentu tidak sekonyong-konyong berubah menjadi pemangsa serangga. Pasti bukan mantra ajaib “kebetulan” yang membuat tumbuhan ini menjadi pemangsa profesional.
Hal yang paling penting adalah pemangsa terampil ini tidak mempu-nyai kemampuan berpikir. Andai saja makhluk hidup ini bukan tumbuh-an nelainkan hewan, pendukung teori evolusi mungkin akan mengklaim bahwa hewan tersebut telah mengalami kemajuan dengan sendirinya karena keterlibatan seluruh “alam”. Akan tetapi, yang dibahas di sini ada-lah sistem yang ditemukan pada suatu tumbuhan, makhluk tanpa otak atau struktur serupa otak, dan tentu saja tidak “sadar”. Tumbuhan itu bahkan tidak menyadari bahwa yang ia sedang memangsa. Ia juga sudah diciptakan dengan suatu sistem yang membuatnya mampu mencari makan sendiri tanpa harus susah payah, sama seperti tumbuhan lainnya.
Picture Text
1. Sirip tertutup
2. Untuk menarik perhatian ikan lain, ikan pemangsa mengembangkan sirip atasnya, sehingga muncul “ikan palsu”.
3. Ikan yang terpikat oleh “ikan palsu” ini semakin mendekat dan akhirnya dilahap ikan pemangsa yang tak diketahuinya.
Sudut Pandang 3600
Keunikan lain laba-laba pelompat adalah kemampuan penglihatannya. Kebanyakan makhluk hidup, termasuk ma-nusia, hanya dapat melihat ruang terbatas dengan kedua matanya dan tidak dapat me-lihat apa yang di belakangnya, Laba-laba pelompat dapat melihat ke sekelilingnya, termasuk ke punggungnya dengan menggunakan empat pasang mata di bagian atas kepala. Dua buah matanya muncul memanjang dari bagian tengah kepala seperti tabung reaksi. Dua mata yang besar ini dapat bergerak ke kiri, kanan, atas, dan bawah di rongga matanya. Keempat mata lainnya di sisi kepala tidak mampu melihat benda dengan utuh, tetapi dapat mendeteksi setiap gerakan di sekitarnya. Dengan cara ini, hewan ini dengan mudah mengetahui mangsa yang berada di belakangnya.
Kemampuan tiap mata laba-laba untuk melihat secara bebas - tanpa terpengaruh mata lainnya - membantunya melihat objek dengan lebih cepat. Dalam gambar tampak mata yang berwarna gelap melihat ke arah kamera se-dangkan mata yang berwarna cerah melihat ke arah lain. Kedelapan mata yang dimiliki laba-laba ini, serta sudut pandangnya yang 360o, merupakan hal yang menakjubkan, mengingat hewan lain kebanyakan hanya memiliki dua buah mata. Tentu saja ia tidak dengan sendiri-nya berpikir bahwa akan lebih bermanfaat bila mempunyai mata tambahan. Dengan kata lain, kemampuan yang ia miliki tidak semata-mata terjadi secara kebetulan. Hewan ini telah dicip-takan bersamaan dengan segala kemampuan-nya.
Pada gambar kiri tampak dua ekor semut dan seekor laba-laba pelompat. Tak ada cara lain membedakannya kecuali dengan menghitung jumlah kaki mereka.
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha-bijaksana.” (QS. Al Hasyr, 59: 24)
Ikan dengan Pistol Air
Ikan ini mengisi mulutnya dengan air, lalu menembakkannya ke arah serang-ga yang bertengger pada cabang yang menggantung di atas air. Serangga itu jatuh akibat tembakan air tersebut, sehingga mudah dimangsa ikan. Patut dicatat bahwa selagi menyemprotkan air, kepala ikan tidak muncul ke permukaan, namun tembakannya tepat mengenai sasaran. Padahal, akibat pembiasan cahaya, benda yang dilihat dari bawah permu-kaan air letaknya berbeda de-ngan letak sebenarnya. Oleh karena itu, agar dapat menge-nai sasaran di atas permukaan air dengan jitu, sudut pembias-an cahaya harus diketahui lebih dulu, lalu menembak sesuai dengan itu. Namun, ikan ini memiliki kemampuan bawaan untuk mengatasi masalah ini, sehingga ia mampu untuk selalu mengenai sasaran.
Bagaimana Ular Berjalan di Atas Pasir?
Ular padang pasir dapat bergerak cepat di atas pasir. De-ngan melakukan kontraksi otot dadanya sedikit demi sedikit, ia dapat bergerak dalam bentuk huruf S. Gerakan ini dimulai de-ngan memilin tubuh, mengangkat kepala dan menjaganya tegak di udara. Ketika kontraksi otot yang menggerakkan tubuh ini diteruskan ke arah ekor, kepala bergerak maju dan menyentuh tanah. Sementara itu, kontraksi otot telah mencapai bagian ekor. Kontraksi baru menyebabkan ekor terangkat dari tanah dan sejajar dengan kepala. Gerakan semacam ini meninggalkan jejak paralel dengan kemiringan rata-rata 45.
Selama ular bergerak, hanya dua bagian tubuh yang menyentuh pasir. Dengan pola gerakan ini, tubuh ular tidak akan hangus karena ia memini-malkan kontak dengan pasir yang sangat panas dan membakar.
Ular tidak mempunyai tulang rahang, sehingga ia dapat membuka mulutnya selebar mungkin. Pada gambar kiri, ular dapat me-lahap sebutir telur yang le-bih besar daripada kepala-nya. Telur perlahan-lahan ditelan seluruhnya, lalu dicerna.
Kalajengking, Si Mesin Perang
Sengatan beracun
Racun ampuh kalajengking, yang dapat membunuh manusia, disuntikkan ke tubuh musuh melalui sengatan yang terletak di bagian belakang tubuh.
Baju zirah
yang kokoh
Kulit luar, yang membungkus tubuhnya seperti baju zirah, cukup kokoh untuk melindungi diri dari musuh, bahkan radiasi. Kulit manusia mampu menahan radiasi sampai sebesar 600 rad, sedangkan kalajengking berkisar 40-150 ribu rad.
Paru-paru
Kalajengking mempunyai delapan pembuluh udara pada perutnya. Kalajengking dapat terus bernapas dengan mudah meski hanya satu pembuluh udara yang terbuka. Berkat paru-paru yang kuat ini, kalajengking mampu bertahan di dalam air hingga dua hari.
Otak
Struktur otak kalajengking memanjang dari kepala sampai ekor dan terdiri atas 15 cuping saraf. Struktur otak seperti ini sangat menguntungkan kalajengking. Ia dapat mengambil keputusan dengan cepat dan meneruskan refleks serta semua perintah ke organ-organ tubuhnya.
Kaki
Detektor-detektor pada kakinya membuat hewan ini merasakan setiap gerakan, suara, dan getaran. Detektor ini begitu sensitif, sehingga dapat merasakan getaran organisme di dekatnya dalam waktu 1/1000 detik.
Capit
Fungsi capit kalajengking adalah membuat mangsa tidak berdaya sebelum disengat. Ia juga menggunakan capit untuk menggali pasir dan bersembunyi di bawahnya.
Perut
Di bagian bawah tubuh kalajengking betina terdapat sepasang organ indra yang unik, disebut pektin. Dengan organ ini, ia dapat mengenali tekstur permukaan tanah dan memilih tempat yang paling cocok untuk bertelur.
IKAN SINGA
(Lion Fish)
Setelah menjebak ikan kecil di rongga-rongga karang, ikan yang berwarna-warni indah ini menutup jalan keluar dengan menggunakan siripnya sebagai jaring. Ikan yang mencoba melarikan diri akan terkena duri ikan singa yang beracun. Racun yang sangat ampuh itu bekerja cepat dan langsung membunuh mangsanya.
Ikan Pemancing (Hook Fish)
Saat ikan ini butuh makan, ia melepaskan anggota tubuhnya seperti kail, lalu menunggu mangsa. Ikan lain mendekatinya karena mengira bagian tubuh hook fish ini adalah seekor ikan kecil. Setelah cukup dekat, hook fish langsung menerkamnya.
Tak mungkin hook fish membuat kail dalam tubuhnya sendiri, dan orang tak dapat berkelit dengan menggunakan pernyataan tak masuk akal, misalnya “ini terjadi secara kebetulan”.
Burung yang Memangsa Ikan dengan Umpan
Burung ini memangsa ikan dengan cara yang mencengangkan. Pertama, ia mencari umpan untuk ikan. Kemudian ia membawa umpan itu ke pinggir sungai, meletakkannya di permukaan air, lalu diam menunggu. Begitu ikan-ikan kecil mengerumuni umpan dan memakannya, tanpa menyadari apa yang akan terjadi, dengan secepat kilat burung itu menangkap mereka.
1. Burung membawa umpan untuk ikan
2 & 3. Burung meletakkan umpan di permukaan air, lalu menunggu.
4. Ikan-ikan mengerumuni umpan.
4. Burung menangkap ikan.
Dengan sosok yang cocok untuk menyamar, beberapa jenis hewan diuntungkan dalam memangsa. Misalnya pada gambar atas, mustahil diketahui ada seekor ular yang bersembunyi di bawah pasir. Bagi ular yang siap menyergap ini, ia lebih mudah memburu mangsanya, yang tak sadar lewat di depannya.
Hewan lain yang dianugerahi kemampuan menyamar adalah ikan “stargazer”. Ikan ini menyembunyikan diri di bawah pasir pada dasar laut. Di atas mulutnya terdapat struktur yang menyerupai gigi. Melalui organ ini, ia dapat leluasa bernapas di bawah pasir. Organ ini pun sulit dibedakan dari pasir di sekitarnya. Ia menuunggu sambil mengintai dan saat ada mangsa yang mendekat, dengan cepat ia keluar dari pasir dan menangkapnya.
Pemangsa Ulung: Bunglon
Lidah
Lidah bunglon terlipat di dalam mulut seperti akordeon. Di tengah lidahnya terdapat tulang rawan berujung lancip. Ketika otot-otot bundar pada ujung lidah berkontraksi, lidah akan terjulur keluar. Ujung lidah ini dilapisi cairan kental seperti lendir. Saat jarak mangsa cukup dekat, bunglon dengan cepat menjulurkan lidahnya ke arah mangsa. Berkat ototnya yang berjalinan, lidah yang kental ini bisa mencapai 1,5 kali panjang tubuh bunglon. Rentang waktu lidah menempel pada mangsa hingga ditarik kembali ke mulut hanya 0,1 detik.
Penyamaran
Biasanya orang segera teringat pada bunglon bila berbicara tentang menyamar. Warna bunglon berubah sesuai dengan warna tempat ia berpijak. Gambar kiri memperlihatkan motif daun pakis yang tercetak di punggungnya. Perubahan cahaya dan suhu diduga menyebabkan munculnya motif ini. Namun, bunglon sendiri tidak menyadari kemampuannya mengubah warna tubuh yang menguntungkan ini. Tubuh bunglon memang diciptakan untuk secara otomatis mempunyai warna yang sama dengan sekelilingnya.
Harimau adalah pemburu yang sempurna; ia menyamar dengan baik, memiliki ketangkasan, rahang yang kuat, kecepatan, dan kekuatan. Sifatnya yang lain, ia tidak pernah membelakangi arah angin selagi mengintai mangsa. Angin yang bertiup dari belakang akan membawa bau tubuh harimau dan kehadirannya akan diketahui mangsa.
Bulu-bulu tipis di dalam kelopak bunga mengaktifkan mekanisme jebakan bunga.
Lalat menyebabkan bulu-bulu kelopak bergetar dan kelopak mulai bereaksi
Reaksi kimia dalam sel menyebabkan terjadinya impuls listrik yang disebarkan ke sepanjang kelopak.
Dan tumbuhan ini pun berhasil menangkap lalat!
Bulu Tanaman Sundew
Kelopak tumbuhan ini ditutupi bulu-bulu panjang berwarna merah. Ujung bulu-bulu ini dilapisi cairan yang harumnya khas dan menarik bagi serangga. Cairan pelapis ini juga kental. Serangga yang mendatangi sumber bau harum tersebut akan melekat pada bulu-bulu itu. Bila serangga berusaha melepaskan diri, bulu rambut akan melengkung untuk menjeratnya lebih erat. Serangga yang telah terjerat akan dicerna oleh zat pemecah protein. Sistem aktif selanjutnya pada tumbuhan ini mirip dengan tumbuhan Venus. Bulu-bulu pada pucuk beserta dahan akan bergetar, dan sinyal-sinyal listrik yang berasal dari bawah akan mengawali reaksi.
SISTEM PERTAHANAN DIRI
Hewan pada gambar di samping bukanlah ular. Ia hanya seekor ulat kecil. Untuk melindungi diri dari musuh, ia memanfaat-kan kemiripannya dengan ular. Ketika diserang hewan lain, makhluk kecil ini dengan tenang mengarahkan ekornya kepada musuh dan menggembungkannya. Seketika, seekor “ular” yang mengerikan muncul di hadapan sang musuh, yang tidak punya pilihan selain lari me-nyelamatkan diri.
Ekor ulat itu kelihatan sangat mirip dengan ular. Ekor tersebut bah-kan memiliki titik hitam besar, menyerupai mata ular yang berkilat-kilat. Sebagai hewan yang bergerak sangat lambat dan mudah dimangsa, ulat itu berhasil lolos dari berbagai marabahaya berkat kemampuan yang luar biasa ini.
Bagaimana ia dapat mempunyai kemampuan seperti itu? Pada “de-sain” yang sangat menakjubkan ini pasti terdapat jawaban yang memuas-kan. Mari kita bahas beberapa skenario sebagai jawaban atas pertanyaan itu:
Skenario pertama: Di masa lampau, ulat mencari berbagai macam cara untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Ia dengan saksama mengamati keadaan sekitarnya. Sampai pada suatu hari, ia menyadari semua musuhnya takut pada ular. Saat itulah ulat ini memperhatikan tu-buhnya sendiri dan memutuskan untuk membuatnya mirip dengan ular. Namun, kita tak dapat menjawab pertanyaan bagaimana ia bisa membuat tubuhnya mirip ular, bagaimana ia menata penampilan, warna kulit, dan bentuk tubuhnya agar menyerupai ular. Mari kita anggap bahwa ia “berusaha dengan keras, memaksakan diri, dan akhirnya berhasil”. Akan tetapi, ia tak punya banyak waktu untuk “berubah” karena masa hidup ulat sangat pendek; ia akan menjadi kupu-kupu dan terbang.
Penting diperhatikan, ulat ini tak akan bisa meninggalkan jejak apa pun saat ia “mengubah” tubuh, karena ia hanya punya satu kali kesem-patan untuk menguji ekor barunya itu. Bila uji coba pertamanya gagal serta tak dapat mengelabui musuh, pasti ia akan mati dan ini berarti semua usahanya sia-sia. Tentu saja, ulat ini juga harus dalam keadaan hidup saat merekonstruksi ulang tubuhnya. Namun, ia sedang berun-tung, sehingga tidak berhasil dimangsa musuh. Pada akhirnya, ulat ini mampu menyelesaikan misinya dan “membuat” ekornya tampak seperti ular.
Skenario kedua: Pohon, bunga, serangga, langit, air, hujan, matahari, dan seluruh kekuatan yang tersebar di permukaan bumi bersatu untuk membentuk suatu sistem bagi diri mereka sendiri dan dengan mudah merekayasa ekor ulat tersebut di dalam sistem ini!
Skenario ketiga: Kekuatan besar bernama “kebetulan” telah me-nambahkan ekor berbentuk ular kepada si ulat, sama halnya kekuatan itu memberikan berbagai hal kepada makhluk hidup lain.
Semua orang pasti bisa melihat kerancuan ketiga skenario yang se-muanya berdasarkan teori evolusi: ulat bukanlah perancang yang tang-gap dan peka, dan bumi bukanlah sistem yang mempunyai kemampuan untuk merancang dan menciptakan sesuatu. Dengan kata lain, tidak ada satu makhluk hidup pun yang mampu membuat tubuhnya memiliki kemampuan khusus atau mengubah dirinya menjadi spesies lain. Juga tak ada mekanisme apa pun di luar makhluk tersebut yang mampu melakukan hal demikian. (Masalah ini dibahas lebih lanjut pada bab Teori Evolusi).
Mereka yang menganggap alam sebagai suatu mesin yang hebat dan percaya bahwa hal-hal luar biasa yang disebut “kejadian alamiah”, “keajaiban alam”, “sifat-sifat alam”, dan lain-lain, mengetahui betul bahwa yang mereka maksud dengan “alam” adalah udara, air, bumi, pohon, bunga dan serangga; singkatnya, seluruh isi dunia dan tata surya yang didiami bumi kita. Orang pasti tertawa kalau ada yang menyebut bahwa semua makhluk hidup “diciptakan oleh dunia” atau “diciptakan oleh bumi”. Meskipun demikian, propaganda yang menggunakan kata “alam kosmos” (cosmic nature) membuat orang memandang alam sebagai makhluk yang “sadar”. Kita tidak boleh lupa bahwa alam adalah suatu sistem yang luar biasa teratur dan sempurna, dan bukan pencipta dan pemberi rahmat yang abadi. Allah adalah pencipta makhluk hidup di bumi dan seluruh makhluk terus hidup bersama segala kemampuan yang diberikan oleh Allah kepada mereka.
Dalam bab ini, kita akan mengulas sistem pertahanan diri pada bebe-rapa jenis hewan di alam. Untuk itu perlu diperhatikan suatu hal: seba-gian besar proses di alam berdasarkan pada hubungan yang terus-menerus antara pemangsa dan mangsanya. Hubungan ini berada pada keseimbangan yang begitu halus, sehingga selama jutaan tahun, jutaan spesies telah memangsa spesies lainnya, namun tidak ada satu spesies pun yang lenyap. Bila satu spesies penting dalam rantai makanan itu punah, akan timbul kekacauan yang luar biasa. Sebagai contoh, bila trenggiling punah, jumlah semut akan meledak dan menyerbu daerah yang luas dalam waktu singkat.
Bila tak ada campur tangan manusia, hubungan mangsa-pemangsa di antara makhluk hidup terjadi dalam suatu keselarasan yang apik. Bagian terpenting dalam sistem yang menjaga kekalnya keseimbangan ini adalah mekanisme memangsa atau berburu dan mekanisme perta-hanan diri pada hewan. Pada bab terdahulu terlihat bahwa beberapa jenis hewan diciptakan dengan kemampuan memangsa yang sangat luar biasa dan kemampuan itu sudah mereka miliki sejak terlahir ke dunia. Bila alam dipenuhi makhluk hidup yang berkemampuan demikian agresif, mereka memangsa secara berlebihan. Akibatnya, hewan-hewan mangsa menjadi punah. Bila mangsa punah, pemangsa akan kelaparan dan alam akan berakhir dalam kehancuran.
Namun, masalah ini telah diatasi dengan sistem yang diciptakan Allah. Sebagaimana pemangsa dilengkapi dengan sistem memangsa yang sempurna, mangsa pun dilengkapi dengan sistem pertahanan diri yang sempurna. Kemampuan kedua belah pihak itu saling menye-imbangkan. Selain itu, kemampuan luar biasa ini memberi kesempatan bagi manusia untuk mengenal kekuatan, kebijaksanaan, dan pengeta-huan yang tiada batasnya dari Allah, Sang Maha Pencipta.
Setiap makhluk hidup diciptakan dengan kemampuan yang berbe-da-beda untuk mempertahankan diri. Ada makhluk hidup yang sangat tangkas; mereka mampu menyelamatkan diri dengan berlari. Ada yang tidak dapat bergerak, tetapi dilindungi tameng yang kuat. Ada yang mempunyai kemampuan menakuti-nakuti musuh, misalnya ulat yang telah dijelaskan sebelumnya. Ada yang bertahan dengan cara menge-luarkan gas racun, gas yang menghanguskan, atau gas berbau pada mu-suhnya. Ada pula yang bertahan dengan cara pura-pura mati, ataupun menyamar.
Pada halaman berikut akan diulas beberapa contoh sistem perta-hanan diri yang paling menakjubkan. Semua ini hanyalah contoh spesifik. Masih banyak makhluk hidup yang dianugerahi beragam sistem pertahanan diri yang tak dapat dibahas satu persatu di sini, dan beberapa di antaranya belum ditemukan oleh manusia. Seluruh sistem ini menyingkapkan bahwa tak ada “kekurangan keseimbangan” dalam alam semesta ciptaan Allah dan bahwa kekuasaan, kebijaksanaan, dan pengetahuan-Nya tidak terbatas. Allah menjelaskannya dalam Al Quran:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk, 67: 3-4) !
Picture Text
Binatang ini, yang tampak seperti ular yang menakutkan, sebenarnya tak lebih dari seekor ulat yang panjangnya hanya beberapa sentimeter.
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar, 39: 62)
Berpura-pura Mati atau Terluka
Kebanyakan predator lebih menyukai hewan hidup sebagai mangsa. Bangkai tidak begitu disu-kai. Kecenderungan ini membentuk dasar untuk sistem pertahanan diri pada sebagian hewan.
Ngengat Harimau pun berpura-pura mati. Namun, ia masih memiliki taktik lain. Ketika ngengat ini jatuh rebah ke tanah, akan tampak sisi tubuhnya berwarna oranye. Warna cerah ini merupakan peringatan bagi pemangsa bahwa rasa ngengat itu tidak enak. Tidak diragukan lagi, seekor ngengat tak mungkin mempunyai kecerdasan untuk menemukan taktik ini dan mengubah warna tubuhnya menjadi warna yang diartikan musuh sebagai “pahit”. Ngengat ini telah diciptakan mempunyai kemampuan menarik seperti ini.
Untuk mengalihkan perhatian musuh yang mengincar anaknya, Rain Bird menurunkan salah satu sayapnya seolah-olah patah. Ia menarik perhatian musuh dengan cara menyeret sayapnya ke tanah seolah-olah terluka. Ia membiarkan musuh mengikutinya sampai sarangnya benar-benar aman. Setelah yakin bahwa musuh telah cukup jauh dari sarangnya, burung itu berhenti berpura-pura dan segera terbang kembali ke anak-anaknya.
Ular Hognose melindungi dirinya dengan cara berpura-pura mati. Mukanya dihadapkan ke atas, mulutnya dibuka, dan ia tidak bergerak sedikit pun layaknya seekor ular mati.
Oposum ini diciptakan dengan kemampuan untuk melindungi diri dengan cara berpura-pura mati. Pemangsa akan berpikir bahwa Oposum sudah menjadi bangkai, dan tidak memedulikannya. Penyamaran ini begitu sempurna hingga denyut jantungnya melambat, bahkan hampir berhenti. Kemampuan melambatkan denyut jantung ini tentu sudah ada pada saat ia diciptakan, bukan keahlian yang diperolehnya kemudian.
Pertahanan Ulat Berkepala Merah: Semprotan Cairan Asam
Ulat berkepala merah mempunyai sistem pertahanan yang mirip dengan kumbang penyemprot. Ia menyemprotkan asam yang dihasilkan tubuhnya kepada penyerang. Sebagaimana kumbang penyemprot, ia juga bukan ahli kimia yang luar biasa, ahli biologi yang piawai, ataupun pembuat desain yang hebat. Ia adalah “tanda” yang diciptakan sebagai bukti keberadaan dan kekuasaan Allah.
Bau Busuk dari Sigung dan Marrow Bug.
Satu-satunya kelebihan zat kimia yang disemburkan sigung (kiri) kepada musuhnya adalah baunya yang busuk. Bau yang menjijikkan dan tahan lama ini cukup untuk melindungi dirinya dari musuh. Marrow bug yang tampak pada gambar di atas juga menggunakan mekanisme pertahananan yang sama.
Memanfaatkan Kemiripan
Hewan pada gambar di samping adalah lebah, sedangkan gambar di bawah adalah lalat. Berkat kemiripan ini, musuh lalat akan menjauh karena mengira ia adalah lebah. Selain mirip, lalat ini juga mengeluarkan suara mendengung seperti lebah. Terlebih lagi, bila diserang musuh, ia akan mengambil posisi agresif seperti lebah, yaitu mengangkat sayap ke atas dan menekuk tubuh ke depan.
Kupu-kupu Viceroy sangat lezat bagi burung. Namun, kemiripannya dengan kupu-kupu Monarch (gambar atas) sering melindungi dirinya dari incaran burung.
Ikan Aspidontus yang ganas (gambar atas) diuntungkan oleh kemiripannya dengan ikan pembersih (gambar bawah). Ikan lain yang didekati Aspidontus mengira tubuhnya akan dibersihkan, tetapi ekor dan siripnya malah disambarnya.
Beberapa jenis hewan bergerak sangat lambat serta tidak sempat melarikan diri dan bersem-bunyi dari musuhnya. Akan tetapi, mereka masih diberi mekanisme pertahanan diri yang lain: perisai dan duri di tubuh mereka.
Landak adalah hewan paling terkenal di antara hewan-hewan yang melindungi diri dengan duri. Hewan yang gerakannya sangat lambat ini tentu telah punah jutaan tahun lalu bila tak mempunyai sistem perlindungan seperti itu. Sistem perlindungan yang telah membuatnya bertahan hidup tentu saja tidak dipikirkan dan diciptakannya sendiri, dan juga tidak muncul karena kebetulan belaka. Hewan ini semata-mata telah tercipta seperti itu adanya.
Begitu ada bahaya, reptil ini akan menarik ekornya ke mulut sehingga bentuk tubuhnya menjadi bundar. Sementara itu, perisai yang menyelubungi seluruh tubuh akan melindunginya dari bahaya luar.
Pill bug menggulung dirinya ke dalam membentuk bola bila ada bahaya. Tubuhnya terlindungi oleh cangkang yang kuat.
Trenggiling (pangolin) mempunyai kulit keras berbentuk kerucut. Saat tubuhnya menggulung, ujung yang tajam pada perisai ini akan mencuat keluar. Hampir tak ada hewan yang mampu menembus perisai
Penyamaran
Beberapa jenis hewan dilindungi oleh struktur dan tampilan tubuhnya yang serasi dengan lingkungannya. Kemampuan menyamar yang diberikan Allah kepada mereka sangat selaras dengan habitatnya. Saat melihat gambar ini, sulit dibedakan mana hewan dan mana tumbuhan. Kadang-kadang kita tidak dapat membedakan antara hewan dengan lingkungannya. Penyamarannya yang demikian efektif dan cerdik merupakan petunjuk bahwa hewan ini dirancang secara khusus untuk mempunyai mekanisme pertahanan seperti itu.
Daun Kering atau Kupu-Kupu?
Sekilas, kupu-kupu ini terlihat seperti daun kering. Sayapnya mirip daun kering, lengkap dengan ciri-ciri detail seperti urat daun, bagian yang membusuk, dan nuansa warnanya. Tampilan seperti ini memberikan perlindungan sempurna bagi kupu-kupu. Kemiripan antara sayap kupu-kupu dengan daun kering (bahkan sangat mirip sampai ke urat daun dan bagian daun yang kering) tidak mungkin diabaikan dan dianggap kebetulan belaka. Sama halnya dengan omong kosong yang mengatakan bahwa kupu-kupu tersebut membuat dirinya sendiri tampak seperti daun.
Belalang Sembah
Belalang sembah merupakan salah satu jenis serangga yang diciptakan sangat selaras dengan habitatnya. Mereka dapat menyembunyikan diri pada dedaunan dan ranting. Satu-satunya “senjata” yang mereka miliki adalah bentuk dan warna tubuh. Dengan “senjata” ini, mereka bersembunyi dari musuh.
Sangat sulit membedakan antara belalang sembah dengan bunga anggrek tempat ia bertengger.
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al Hasyr, 59: 24) !
Bunga yang tampak memenuhi ranting ini sebenarnya adalah sekawanan ulat.
Kutu daun yang menyerupai duri.
Tidak mudah membedakan labah-labah kuning yang menyembunyikan dirinya untuk memangsa serangga, dari mahkota bunga yang ia tempati.
Belalang pemakan daun ini dengan leluasa menjelajahi dedaunan. Karena warna tubuhnya sama dengan daun, ia sulit dikenali musuh utamanya - kadal dan burung. Dengan demikian belalang dapat hidup dan makan dengan aman.
Tidak ada yang mungkin menyatakan bahwa belalang berubah menyerupai daun karena ia sering menghabiskan waktunya di antara dedaunan, atau karena entah bagaimana ia mengubah dirinya menjadi daun.
Nyata sekali, belalang pemakan daun ini telah diciptakan dengan memiliki kemampuan menyamar ini sehingga mereka dapat bertahan hidup.
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. An-Nahl, 16: 17) !
Contoh lain makhluk yang menyamar:
dua katak yang memiliki warna kulit yang persis sama dengan pola cabang pohon.
Daun hijau dan katak hijau.
Ada seekor ulat di antara dedaunan!
Ulat di kanan dapat dengan mudah bersembunyi dari musuh-musuhnya berkat kemiripannya yang sempurna dengan cabang pohon. Pada gambar di atas terdapat empat ulat di antara cabang.
Seekor ulat yang menyerupai kotoran burung
Binatang yang kelihatan menyeramkan di bawahi ini juga bertahan hidup dengan penyamaran.
Tiga belas ekor kadal bertanduk ini tersamar di antara batu-batu yang berserakan.
Ikan Minnow sulit dibedakan dengan bebatuan ini meskipun airnya dangkal.
Ular ini (kiri) menyamar dengan sempurna di atas tanah hutan yang tertutup dedaunan. Warna kulitnya sangat menguntungkan, baik pada saat memangsa maupun saat bersembunyi.
Ular-ular ini sangat sulit dibedakan dengan dedaunan.
Warna Bulu yang Berubah Sesuai Musim dan Tanah
Burung dan kelinci sama-sama mengalami perubahan warna bulu sesuai dengan musim. Bulu mereka berubah menjadi putih pada musim dingin, sedangkan pada musim semi warna mereka berubah sesuai dengan warna tanah dan tumbuhan di sekitarnya.
Perubahan warna menurut habitat ini terjadi melalui serangkaian mekanisme rumit pada tubuh mereka. Mekanisme tersebutyang mirip dengan perubahan warna kulit manusia yang menjadi kecoklatan bila berjemur di bawah sinar mataharimenyebabkan perubahan warna bulu pada hewan. Manusia tidak dapat mencegah kulit menjadi coklat atau terbakar oleh sinar matahari (kecuali dengan menggunakan metode perlindungan khusus). Begitu pula hewan, mereka juga tidak bisa mengendalikan perubahan pada tubuhnya. Yang penting adalah perubahan warna bulu ini memberi perlindungan bagi hewan-hewan tersebut. Warna bulu mereka merupakan kamuflase yang baik, dengan berubah menjadi putih di musim dingin dan kuning kecoklatan di musim-musim lain.
Bisa saja terjadi sebaliknya, warna bulu menjadi kuning kecoklatan saat musim dingin dan putih saat musim panas. Atau, bisa saja tak terjadi perubahan warna apa pun meski musim berubah. Singkatnya, terdapat kearifan dan perencanaan tertentu di balik perubahan warna bulu sesuai musim tersebut. Hewan tentu saja tidak dapat memperkirakan dan mengatur perubahan ini. Tentu saja Dia Yang telah menciptakan hewan itulah yang memberkahinya dengan perlindungan demikian sempurna.
Warna tubuh rusa yang sama dengan padang rumput di sekitarnya sangat menguntungkan baginya.
Warna dan pola bulu membuat burung yang bersarang di tanah ini dapat berkamuflase secara sempurna di antara dedaunan. Telur burung ini juga mempunyai warna dan pola yang sama sehingga sukar dikenali.
Keistimewaan Warna Merah
Sistem pertahanan beberapa hewan tergantung pada efek warna merah yang menciutkan hati. Misalnya, dalam keadaan bahaya, belalang pohon memperlihatkan warna merah di punggungnya kepada musuh. Kepiting menunjukkan warna merah pada capitnya. Yang menarik, bagian tubuh yang berwarna merah ini tidak terlihat dalam keadaan normal, tetapi dengan mudah tersingkap saat bahaya datang. Cara ini digunakan untuk “mengejutkan” musuhnya.
IKAN BUNTAL
Ikan ini dilengkapi dengan mekanisme pertahanan yang unik. Bila terancam bahaya, ia menelan banyak air dan membengkak. Duri-duri yang mencuat di sekujur tubuhnya cukup untuk membuat lawannya mundur teratur.
Lebih Menakutkan Dibandingkan Sebenarnya
Bila bahaya menghadang, kadal ini akan mengembangkan tubuhnya hingga tampak lebih besar dibandingkan ukuran sebenarnya. Saat tubuhnya mengembang, surai yang muncul di tengkuk membuat sosoknya tampak lebih menakutkan.
Sistem pertahanan diri lainnya yang tak kalah mengagumkan adalah “mata palsu”. Ada beragam pola pada tubuh hewan yang bisa disebut “mata palsu”. “Mata palsu” ini begitu meyakinkan, sehingga pemangsa yang ingin memangsa hewan-hewan ini menyangka ia menghadapi hewan yang berukuran jauh lebih besar. Di lain pihak, hewan pemilik “mata palsu” ini menikmati karunia yang tak disadari oleh mereka sendiri.
Beberapa jenis kupu-kupu, saat membuka sayapnya, akan metampakkan sepasang mata yang kelihatan simetris dengan pola yang mendetail. Hanya dengan memperlihatkan mata palsu ini, musuh dibuat percaya bahwa yang dihadapinya bukanlah kupu-kupu. Khususnya, “wajah palsu” beberapa spesies kupu-kupu, misalnya kupu-kupu Shonling pada gambar di bawah, sangat sempurna karena mempunyai mata berkilat, raut wajah, alis mata berkerut, mulut, dan hidung, sehingga keseluruhan polanya cukup menakutkan bagi sebagian besar musuhnya.
Mustahil kita mengatakan bahwa wajah palsu tersebut muncul akibat “kebetulan” belaka. Bila kita amati gambar tersebut dengan saksama, kita menyadari bahwa raut wajah palsu tersebut tak mung-kin terbentuk secara kebetulan. Mungkinkah peristiwa kebetulan mampu membuat “wajah” yang simetris? Mungkinkah peristiwa kebetulan mampu membentuk warna dan corak yang serupa di dua tempat? Tentu saja tidak mungkin. Pernyataan “kebetulan” ini sama sekali tidak bermakna dan tidak ilmiah. Mampukah kupu-kupu membuat sistem pertahanan sendiri, berpikir bahwa cara tersebut akan berguna? Jawabannya tentu saja tidak.
Mustahil seekor ulat yang masa hidupnya hanya beberapa minggu mampu mengatur kombinasi warna dan desain tubuhnya sendiri serta membuat lukisan dengan begitu indah, dan lukisannya ini digunakan sebagai alat pertahanan diri. Seperti makhluk hidup lain, Allah juga telah menciptakan mahkluk ini dengan “mata palsu”. Pemilik rancangan yang sempurna ini hanyalah Allah, penjaga alam dan seisinya.
Sistem pertahanan diri lainnya yang tak kalah mengagumkan adalah “mata palsu”. Ada beragam pola pada tubuh hewan yang bisa disebut “mata palsu”. “Mata palsu” ini begitu meyakinkan, sehingga pemangsa yang ingin memangsa hewan-hewan ini menyangka ia menghadapi hewan yang berukuran jauh lebih besar. Di lain pihak, hewan pemilik “mata palsu” ini menikmati karunia yang tak disadari oleh mereka sendiri.
Beberapa jenis kupu-kupu, saat membuka sayapnya, akan metampakkan sepasang mata yang kelihatan simetris dengan pola yang mendetail. Hanya dengan memperlihatkan mata palsu ini, musuh dibuat percaya bahwa yang dihadapinya bukanlah kupu-kupu. Khususnya, “wajah palsu” beberapa spesies kupu-kupu, misalnya kupu-kupu Shonling pada gambar di bawah, sangat sempurna karena mempunyai mata berkilat, raut wajah, alis mata berkerut, mulut, dan hidung, sehingga keseluruhan polanya cukup menakutkan bagi sebagian besar musuhnya.
Mustahil kita mengatakan bahwa wajah palsu tersebut muncul akibat “kebetulan” belaka. Bila kita amati gambar tersebut dengan saksama, kita menyadari bahwa raut wajah palsu tersebut tak mung-kin terbentuk secara kebetulan. Mungkinkah peristiwa kebetulan mampu membuat “wajah” yang simetris? Mungkinkah peristiwa kebetulan mampu membentuk warna dan corak yang serupa di dua tempat? Tentu saja tidak mungkin. Pernyataan “kebetulan” ini sama sekali tidak bermakna dan tidak ilmiah. Mampukah kupu-kupu membuat sistem pertahanan sendiri, berpikir bahwa cara tersebut akan berguna? Jawabannya tentu saja tidak.
Mustahil seekor ulat yang masa hidupnya hanya beberapa minggu mampu mengatur kombinasi warna dan desain tubuhnya sendiri serta membuat lukisan dengan begitu indah, dan lukisannya ini digunakan sebagai alat pertahanan diri. Seperti makhluk hidup lain, Allah juga telah menciptakan mahkluk ini dengan “mata palsu”. Pemilik rancangan yang sempurna ini hanyalah Allah, penjaga alam dan seisinya.
Burung pada gambar di samping, yang hidup di hutan tropis, secara tiba-tiba akan membuka lebar sayapnya ketika musuh mencoba memangsa anaknya, telurnya, maupun dirinya sendiri. Corak berwarna cerah pada sayapnya yang muncul tiba-tiba akan mengejutkan musuhnya.
Organ tubuh palsu tidak hanya digunakan un-tuk menakuti-nakuti lawan, tapi juga untuk mele-paskan diri dari musuh. Bagian ekor ngengat (gambar bawah) tampak seperti kepala berante-na. Akibatnya, musuh menyerang bagian ekor ngengat ini karena menyangka itu kepala. Nge-ngat kemudian kembali mengecoh penyerang dengan memutar punggungnya. Tingkahnya ini membingungkan musuh, dan ia memperoleh kesempatan untuk melarikan diri. “Kepala palsu” yang sama juga dimiliki jenis kupu-kupu pada gambar di bawah.
Gambar di atas menunjukkan kepala dan mata ikan thornback ray yang asli.
Ikan thornback ray berenang masuk ke dalam sarangnya, dan membiarkan ekornya menghadap keluar. Pada bagian ekor terlihat sepasang “mata palsu”. Ikan di sekitarnya tidak berani mendekat karena mengira ikan itu masih dalam keadaan terjaga.
Ulat hijau ini terlindung dari musuh berkat “mata palsu” di ekornya.
SENJATA KIMIAWI
Beberapa jenis makhluk hidup mampu menghasilkan senyawa kimia yang sangat kompleks di dalam tubuhnya. Manusia membutuhkan teknologi dan tingkat ketelitian laboratorium yang sangat tinggi untuk membuatnya, tetapi hewan-hewan tersebut mampu menghasilkan zat kimia tersebut dengan mudah. Beberapa contoh di antaranya:
Kumbang Penyemprot
Hewan pada gambar di halaman sebelah ini adalah “Kumbang Pe-nyemprot”. Ia memiliki mekanisme pertahanan yang berbeda dengan hewan lain. Bila terancam bahaya, campuran dua zat kimia (hidrogen peroksida dan hidrokuinon) yang sebelumnya disimpan di “organ pe-nyimpan” dipindahkan ke “organ semprot”. Dengan bantuan efek pe-mercepat enzim katalis khusus (peroksidase) yang disekresikan dinding “ruang semprot”, campuran zat kimia itu berubah menjadi senjata kimia menakutkan bersuhu 100C. Jika terbakar semprotan cairan zat kimia mendidih yang disemprotkan dengan tekanan tinggi tersebut, musuh akan panik dan urung memangsa.
Bagaimana serangga ini memiliki mekanisme pertahanan serumit ini? Mustahil ia “sendiri” yang ini telah mengembangkannya.
Bagaimana mungkin seekor kumbang dapat membuat rumus dua macam zat kimia yang meledak jika bercampur? Kalaupun ia mampu membuatnya, bagaimana ia bisa menghasilkan dan menyimpan kedua-nya di dalam tubuhnya? Andaipun kumbang tersebut dapat melaku-kannya, bagaimana ia membentuk ruang penyimpanan dan ruang sem-prot di dalam tubuhnya untuk kedua zat ini? Bahkan bila semua ke-mampuan ini telah dimiliki, bagaimana ia menentukan rumus zat katalis yang dapat mempercepat reaksi kedua zat kimia tersebut? Kumbang juga harus menyekat dinding ruang ledak dan dinding saluran untuk menyemprotkan campuran zat tersebut dengan bahan tahan api agar dirinya tak ikut terbakar.
Sistem yang diperlihatkan kumbang ini bahkan tak dapat dilakukan manusia, kecuali ahli kimia. Dan tentu saja, ahli kimia itu tidak melaku-kannya di dalam tubuhnya sendiri, melainkan di laboratorium!
Tentu tak masuk akal menganggap kumbang ini sebagai ahli kimia dan perancang yang menakjubkan, sehingga mampu mengatur tubuhnya sendiri sesuai dengan reaksi yang timbul. Jelas, kumbang melakukan sistem pertahanan dirinya sebagai refleks, tanpa menyadari akibatnya. Di alam, tak ada satu pun makhluk yang memiliki kekuatan dan kearifan sedemikian tinggi. Manusia pun tak mampu menciptakan makhluk seperti itu. Jangankan menciptakan makhluk yang kompleks, membuat satu protein pun - salah satu zat kimia paling sederhana yang mendasar bagi kehidupan - tak ada ilmu-wan yang mampu, meskipun contoh-contoh protein sudah ada di tangan mereka.
Sudah jelas bahwa sosok yang mem-punyai ilmu dan ke-kuasaan yang demikian agung - yakni Allah - adalah pencipta hewan ini. Kumbang penyem-prot hanya-lah satu di antara jutaan makhluk ciptaan Allah, dan merupakan contoh kekua-saan Allah yang tak terbatas dan tiada bandingannya.
ARSITEK-ARSITEK YANG MENGAGUMKAN
Pada bagian sebelumnya telah dibahas kemampuan lebah madu yang mengagumkan. Koloni lebah madu membangun pada arsitektur sarang yang menakjubkan, menjalankan rencana yang rumit dan cerdik, beserta melaksanakan tugas-tugas secara otomatis, yang bahkan sulit dilakukan manusia.
Sebagaimana telah dijelaskan, lebah mampu melakukan pekerjaan yang luar biasa berat ini bukan karena mereka lebih pandai dari manusia, melainkan karena lebah telah diilhami untuk melakukannya. Kalau tidak, mustahil ribuan lebah yang tidak berakal mampu menyelesaikan tugas berat dan rumit seperti ini, yang membutuhkan kontrol serta pengawasan terpusat.
Namun, di alam ini lebah bukanlah satu-satunya “arsitek” hebat. Pada halaman-halaman berikutnya akan dijelaskan hewan-hewan lain yang mampu menyelesaikan konstruksi yang rumit dan sulit dengan keterampilan tinggi sebagaimana koloni lebah. Hewan-hewan ini, seperti halnya lebah, menggunakan pengetahuan yang “diilhamkan” kepada mereka untuk mendirikan bangunan mengagumkan dengan dibantu kemampuan khusus telah mereka miliki sejak diciptakan.
Dari banyak arsitek alam yang hebat di muka bumi ini, orang akan langsung teringat kepada berang-berang. Hewan ini membangun rumah-nya di tengah kolam diam, yang dibangun dengan cara membe-dung sungai.
Berang-berang membuat bendungan untuk menghalangi aliran su-ngai, sehingga terbentuk sebuah kolam diam tempat mereka mem-bangun sarang. Untuk membendung sungai, pertama-tama mereka men-dorong batang pohon besar ke dasar sungai. Mereka lalu menumpukkan batang-batang pohon yang lebih kecil di atasnya. Akan tetapi, masih ada masalah yang mereka hadapi, yakni arus sungai yang dapat meng-hanyutkan tumpukan cabang-cabang tersebut. Jika bendungan itu tidak tertanam kuat di dasar sungai, air akan segera menghancurkannya. Jalan terbaik untuk mencegah hal ini adalah menancapkan pancang pada dasar sungai, kemudian membangun bendungan di atasnya. Untuk itu, berang-berang menggunakan pancang-pancang besar sebagai dinding penopang utama. Berang-berang tidak repot-repot menancapkan pancang tersebut ke dasar sungai; mereka menguatkan kedudukan pancang dengan me-nimpanya dengan batu. Langkah terakhir, mereka merekatkan tum-pukan cabang-cabang pohon dengan adukan khusus dari tanah liat dan daun-daun kering. Adukan ini kedap-air dan tahan terhadap efek korosif air.
Bendungan tersebut menahan air dengan sudut tepat 45o. Ini me-nunjukkan berang-berang tidak secara sembarangan meletakkan cabang-cabang pohon di aliran sungai, tetapi menyusunnya dengan hati-hati dan terencana. Menariknya, semua bendungan di PLTA modern pun dibuat dengan sudut yang sama. Berang-berang juga tidak ceroboh memben-dung seluruh badan sungai. Mereka tetap menjaga permukaan air pada ketinggian yang dikehendaki dan membuat saluran-saluran khusus un-tuk mengalirkan air yang berlebih.
Menara Rayap
Reputasi rayap di antara para arsitek alam sudah tak diragukan lagi. Rayap, yang sangat mirip dengan semut, hidup dalam sarang terbuat dari tanah yang amat mengagumkan. Tinggi sarang rayap bisa mencapai enam meter, dan lebarnya bisa mencapai dua belas meter. Yang paling menarik, hewan ini ternyata buta.
Bahan pembangun sarang adalah “adonan” keras yang dibuat rayap pekerja dengan mencampurkan tanah dengan air liurnya. Yang paling luar biasa dari seni konstruksi sarang rayap adalah pasokan udara yang kontinu, sehingga suhu dan kelembapan di dalamnya relatif tetap. Dinding yang tebal dan keras pada sarang rayap ini melindungi bagian dalam dari panas di luar sarang. Sirkulasi udara diatur dengan membuat terowongan khusus pada sisi dinding sebelah dalam. Sementara itu, pori-pori yang terdapat pada dinding berfungsi untuk menyaring udara.
Untuk oksigen yang dibutuhkan koloni rayap yang menghuni sarang berukuran sedang, diperlukan 1500 liter udara tiap harinya. Bila udara langsung masuk ke dalam sarang, suhu di dalam sarang akan naik dan membahayakan rayap. Namun, rayap telah melakukan upaya pence-gahan, seakan-akan tahu bahaya yang akan menimpa mereka.
Mereka membuat ruangan-ruangan bawah tanah yang lembap sebagai perlindungan dari panas yang berlebihan. Spesies-spesies rayap di Gurun Sahara menggali saluran irigasi sedalam empat puluh meter agar uap air dari bawah bisa mencapai sarang. Dinding menara yang tebal membantu mempertahankan kelembapan di bagian dalam.
Pengaturan suhu, seperti halnya pengaturan kelembapan, dilakukan dengan sangat sakama. Udara luar melewati terowongan sempit di permukaan sarang, masuk ke dalam ruangan lembap, dan mencapai ruangan luas di puncak sarang. Di sana, udara menghangat akibat panas dari tubuh serangga, lalu naik. Jadi, sirkulasi udara yang selalu diawasi oleh koloni rayap pekerja ini menggunakan hukum fisika sederhana.
Di bagian luar sarang terdapat saluran dan atap yang dibuat dengan kemiringan tertentu untuk mencegah masuknya air.
Bagaimana makhluk hidup ini, yang otaknya lebih kecil dari satu milimeter kubik dan tak memiliki indra penglihat, membangun kon-struksi yang begitu rumit?
Karya rayap ini merupakan hasil kerja kolektif. Anggapan bahwa “rayap menggali terowongan secara terpisah, yang secara kebetulan saling sesuai”, sama sekali tidak masuk akal. Namun, dari sini timbul pertanyaan: bagaimana hewan ini bekerja dengan selaras, melaksanakan tugas yang rumit ini? Padahal, bila manusia akan membangun gedung, seorang arsitek terlebih dahulu membuat gambar rancangan yang dibagikan kepada buruh, kemudian proses pembangunan diatur di tempat kerja. Lalu bagaimana mungkin rayap, yang tak berkomunikasi satu sama lain, bahkan buta, mampu menangani suatu pekerjaan besar dalam keselarasan?
Sebuah percobaan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pada percobaan ini, pertama-tama sarang rayap yang masih diba-ngun dibagi menjadi dua. Selama pembangunan sarang, dua kelompok rayap dijaga agar tidak saling berkomunikasi. Hasilnya sangat mengejutkan. Pada akhir percobaan, yang terjadi bukanlah dua sarang yang terpisah, namun dua bagian dari satu sarang. Ketika dua bagian ini diga-bungkan kembali, semua terowongan dan saluran yang terpisah ternyata tersambung dengan baik.
Apa penjelasan atas fenomena ini? Pertama, tidak semua rayap me-miliki informasi yang dibutuhkan untuk membangun sarang secara utuh. Seekor rayap hanya memiliki informasi tentang bagian yang sedang dikerjakannya saja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua informasi yang lengkap terdapat pada seluruh komunitas rayap secara keseluruhan. Di sinilah kita menemukan pengetahuan tingkat tinggi. Pengetahuan seperti itu hanya terdapat pada suatu komunitas yang terdiri atas individu dari spesies yang sama. Rayap bukanlah satu-satunya contoh yang ada di alam.
Contoh lain, ketika terbang secara massal, belalang biasanya menuju arah tertentu. Bila kita menangkap seekor belalang dari kelom-pok ini dan meletakkannya di dalam kotak, ia akan kehilangan arah, menjadi panik dan mencoba terbang ke semua arah. Bila kita meletakkan kotak tersebut di tengah-tengah kawanan belalang yang sedang terbang, belalang di dalam kotak kembali menemukan arahnya, dan mulai terbang ke arah itu, yakni arah kawanan belalang tersebut!
Kesimpulannya, informasi yang berkaitan dengan organisasi kolektif dan pembagian tugas di antara mereka hanya akan tampak pada tingkat-an kelompok komunal. Infomasi ini tidak dimiliki secara individu. De-ngan kata lain, hewan yang melakukan tugas kolektif seperti lebah dan ra-yap tidak mengetahui apa yang harus dilakukan sebagai individu. Di luar mereka semua, terdapat kekuatan lain yang mengatur dan menciptakan hasil yang sempurna, dengan memadukan tugas semua anggota koloni.
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Allah berfirman di dalam Al Quran bahwa produksi madu adalah hal yang “diilhamkan” kepada lebah. Ini berlaku pula bagi perilaku rayap dan hewan lainnya.
Tentunya, segala proses yang menakjubkan ini sudah “diajarkan” pa-da hewan-hewan dan mereka diperintahkan untuk melakukan tugas-tu-gasnya. Manusia memang mampu membangun gedung-gedung yang menakjubkan, namun hanya setelah menuntut pendidikan arsitektur bertahun-tahun dan dengan menggunakan berbagai macam alat. Jelas, hewan yang tidak mempunyai pengetahuan dan akal sebagaimana ma-nusia ini, telah diciptakan secara khusus untuk melakukan tugasnya ma-sing-masing. Mereka adalah tanda yang menunjukkan pengetahuan dan kekuasan tak terbatas dari Pencipta mereka.
Kekaguman dan puja-puji atas adanya keajaiban arsitektur alam ini tentu bukan ditujukan kepada hewan-hewan ini, namun hanya kepada Allah yang telah menciptakan mereka dengan kemampuannya masing-masing.
Picture Text
Meskipun ukurannya tidak lebih dari beberapa sentimeter, rayap dapat mendirikan menara ber-meter-meter tingginya tanpa ban-tuan alat apa pun. Sarang yang mengagumkan ini melindungi koloni berpopulasi lebih dari sejuta rayap dari musuh dan kondisi lingkungan yang tidak mengun-tungkan.
Bagian Dalam Sarang Rayap
Pertanian di dalam Menara
Beberapa jenis rayap memelihara jamur di kebun dalam menara mereka. Namun, jamur ini menge-luarkan panas karena mengalami metabolisme. Panas tersebut mengganggu kestabilan suhu yang dijaga rayap. Oleh karena itu rayap, harus mengimbangi ke-naikan suhu yang sangat tinggi ini. Rayap menggunakan cara yang unik dalam membuang panas yang berasal dari tubuh mereka dan dari metabolisme jamur. Panas naik melewati saluran ventilasi utama dalam menara. Udara bersirkulasi dan melewati saluran kapiler yang terletak di dekat dinding sarang. Di dalam saluran kecil inilah oksigen diambil dan karbon dioksida yang berasal dari rayap dan jamur dibuang. Sistem seperti ini membuat sarang rayap seakan berfungsi sebagai paru-paru raksasa bagi seluruh anggota koloni. Udara mendingin selagi bergerak di sepanjang saluran kapiler.
Akibatnya, udara yang kaya dengan oksigen dan selalu sejuk ini mengalir dengan kecepatan 12 cm per menit dan suhu di dalam sarang tetap konstan pada suhu 30o C.
Kebun jamur di dalam sarang rayap
Semut Penenun
Semut penenun hidup di hutan hujan Afrika. Berbeda dengan semut lain yang membuat sarang di bawah tanah, semut ini membangun sarang dari dedaunan di atas pohon.
Dibangun untuk menghadapi segala macam gangguan, sarang semut bisa sangat besar dan melebar sampai meliputi tiga pohon. Sarang disiapkan untuk memenuhi segala kebutuhan dan memiliki banyak bagian, mulai dari tempat pemeliharaan semut muda sampai menara pengawas.
“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa, 4: 126) !
Mula-mula semut menyebar ke seluruh pohon yang akan dijadikan lokasi sarang (lihat kiri). Setelah menentukan tempat membangun sarang, mereka segera mulai bekerja. Mereka melipat daun-daun yang akan digunakan dari samping. Untuk menyatukan daun-daun itu, mereka saling berpegangan, membentuk semacam jembatan (lihat kanan dan kiri tengah). Semut di ujung rantai memegang pucuk daun dan mengopernya kepada semut kedua yang berpegangan padanya. Proses ini berlangsung terus hingga daun tersebut sampai ke semut terakhir, dan kedua daun dijajarkan.
Dapatkah Larva Membuat Mesin Jahit?
Saat sebagian semut memegang pucuk daun dengan kaki dan mulut, semut-semut lain membawa larva dari tempat pengeraman. Larva ini, dengan air ludah mereka, berfungsi sebagai gelendong benang. Saat semut dewasa menekankan larva pada pucuk daun, kelenjar larva mulai menghasilkan benang. Semut itu membawa larva tersebut bolak-balik seperti jarum jahit sampai dua tepi daun melekat erat (lihat bawah).
0 komentar:
Posting Komentar