Home » » kEUNIKAN REPRODUKSI HEWAN

kEUNIKAN REPRODUKSI HEWAN

RAHASIA REPRODUKSI HEWAN
Makhluk hidup dapat menjaga kelanjutan generasinya melalui sistem reproduksi yang berfungsi sempurna. Akan tetapi, manusia dan hewan tidak cukup memiliki sistem reproduksi saja. Mereka juga memerlukan naluri khusus, yaitu naluri seksual, yang membuat proses reproduksi menjadi menarik. Bila tidak, kebanyakan hewan tidak akan mencoba melakukannya meski mempunyai kesempatan untuk bereproduksi. Demikian pula, mereka tentu menghindari kegiatan seksual saat menyadari sulitnya melahirkan, bertelur, dan masa pengeraman.
Dorongan seksual semata juga tidak akan cukup. Meskipun makhluk hidup berhubungan seksual dan menghasilkan individu baru, spesies mereka bisa saja punah bila mereka tidak diciptakan mempunyai naluri untuk melindungi dan merawat anaknya. Bila pasangan induk tidak memiliki rasa kasih sayang, seperti yang dimiliki sebagian besar makhluk hidup, suatu spesies bisa saja punah.
Mengenai hal ini, para pendukung evolusi memperbincangkan “kesadaran untuk memiliki keturunan”. Menurut mereka, sebagaimana setiap individu berusaha keras melindungi diri sendiri, pasti mereka juga berusaha mengembangbiakkan spesiesnya. Akan tetapi, nyatanya seekor hewan tak dapat berpikir, “Generasiku harus terus berlanjut sepeninggal diriku, jadi aku harus berusaha sebisa mungkin”. Hewan melindungi dan merawat anaknya bukan karena berharap keuntungan di masa depan, namun karena mereka sudah diciptakan dengan naluri seperti itu.
Sebaliknya, ada beberapa jenis hewan yang tidak mempunyai kasih sayang dan bahkan mengabaikan anaknya setelah dilahirkan. Hewan-hewan ini menghasilkan banyak keturunan setiap melahirkan dan seba-gian anaknya dapat bertahan hidup tanpa perlindungan. Bila jenis hewan ini mempunyai naluri untuk melindungi anaknya, akan terjadi ledakan populasi spesies mereka dan akhirnya keseimbangan alam terganggu.
Singkatnya, sistem reproduksi yang merupakan prasyarat bagi kelangsungan kehidupan ini, merupakan sistem yang diciptakan Allah. Dia yang menghendaki kehidupan terus berlangsung. Allah adalah “Pemberi Kehidupan”. Dia yang menciptakan makhluk hidup dan Dia yang menciptakan keturunannya hadir ke dunia. Semua makhluk hidup dapat hidup berkat Dia. Mereka berutang nyawa bukan kepada induk-nya, melainkan kepada Allah yang telah menciptakan mereka beserta induknya. Allah berfirman di dalam Al Quran:

“Dan Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan.” (QS. Al Mu'minuun, 23: 79) !
Pada halaman-halaman berikut, kita akan membahas sistem repro-duksi yang dianugerahkan Allah kepada beberapa jenis makhluk hidup. Mereka menghadapi banyak rintangan dalam menjamin kelanjutan spesies mereka. Mereka melakukannya bukan karena dapat berpikir dan memutuskan untuk “menjamin kelangsungan spesies” namun karena rahmat dan kasih sayang yang Allah curahkan. Hewan-hewan ini hanya-lah beberapa contoh makhluk yang memiliki sistem reproduksi menak-jubkan. Pada kenyataannya, sistem reproduksi setiap makhluk merupa-kan keajaiban tersendiri.

Penguin: Hewan yang Diciptakan Sesuai Iklim Kutub
Di lingkaran kutub Antartika yang ditempati penguin, suhu dapat mencapai -40C. Tubuh pe-nguin diselimuti lapisan lemak tebal, sehingga mereka dapat bertahan hidup di lingkungan beku tersebut. Selain itu, sistem pencernaan mereka sa-ngat maju, sehingga dapat menguraikan makanan dengan sangat cepat. Kedua faktor ini menjaga suhu tubuh penguin pada 40C, yang membuat mereka dapat mengabaikan udara dingin.
   
Semuanya Hanya untuk Anak Penguin
Penguin mengerami telurnya selama musim dingin di kutub. Yang mengerami telur bukanlah betina, melainkan yang jantan. Selain harus mela-wan suhu dingin yang mencapai -400 C, pasangan penguin harus menghadapi gletser pada musim ini. Selama musim dingin, gletser terus meluas, sehingga memperpanjang jarak antara tempat pengeraman dan laut sebagai sumber makanan terdekat. Jarak tersebut bisa mencapai lebih dari 100 km.
Penguin betina hanya bertelur satu butir. Telur dierami oleh si jantan, sedangkan si betina kembali ke laut. Selama empat bulan mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang terkadang mencapai kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin jantan tidak punya kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh, kira-kira dua hari perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat tubuhnya karena diam selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak pernah ditinggalkan. Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan tidak berburu, tetapi menahan laparnya.
Setelah empat bulan, telur mulai me-netas dan penguin betina tiba-tiba muncul kembali. Selama masa tersebut, penguin betina tidak menyia-nyiakan waktu, tetapi mencari dan menyimpan makanan di da-lam tubuhnya. Meskipun terletak di antara ratusan penguin lain, penguin betina dapat dengan mudah menemukan pejantan dan anaknya. Karena sang ibu selalu berburu di masa pengeraman, perutnya kini penuh. Ia mengosongkan perutnya dan mengambil alih tugas menjaga si kecil.
Saat musim semi tiba, gletser mulai mencair. Lubang bermunculan di es, yang menampakkan laut di bawahnya. Pasangan induk penguin mulai berburu ikan lewat lubang tersebut dan memberi makan anaknya.
Memberi makan si bayi adalah tugas sulit. Kadang-kadang pasangan induk tidak makan dalam jangka waktu lama demi memberi makan sang anak. Sarang juga tidak mungkin dibuat karena semuanya tertutup oleh es. Satu-satunya cara menjaga anak dari udara sedingin es adalah mele-takkannya di atas kaki mereka dan meng-hangatkannya dengan perut mereka.
Bertelur membutuhkan waktu yang tepat. Mengapa penguin bertelur pada musim dingin dan bukan musim panas? Salah satu alasannya adalah: bila ia bertelur pada musim panas, perkembangan anak berlangsung pada musim dingin dan laut saat itu membeku. Tentu si induk akan kesulitan menemukan dan memberi makan anaknya akibat cuaca yang ganas dan jauhnya jarak mereka dengan laut, sumber makanan penguin.

Kanguru: Tokoh dalam Kisah Kelahiran yang Luar Biasa

Sistem reproduksi kanguru sangat berbeda dengan hewan lainnya. Embrio kanguru melewati beberapa tahap perkem-bangan di luar rahim, yang biasanya terjadi di dalam rahim.
Tidak lama setelah pembuahan, dilahirkan bayi kanguru yang buta, panjangnya satu sentimeter. Biasanya hanya seekor yang lahir. Pada tahap ini bayi kanguru disebut neonatus. Se-mentara embrio semua mamalia melewati tahap ini di dalam rahim induknya, anak kanguru lahir saat panjangnya baru satu sentimeter. Neonatus tersebut belum berkembang sempurna: kaki depan belum berbentuk, dan kaki belakang baru meru-pakan tonjolan kecil.
Dengan keadaan seperti itu, neonatus tentu tidak dapat meninggalkan induknya. Setelah keluar dari rahim, neonatus bergerak memanjat menggunakan kaki depan menyusuri bulu-bulu tubuh induk dan tiga menit kemudian tiba di kantong induknya. Kantong induk bagi neonatus sama dengan rahim bagi mamalia lain. Perbedaannya adalah pada mamalia lain anak terlahir dalam bentuk bayi, sedangkan kanguru masih berupa neonatus ketika keluar dari rahim. Kaki, muka, dan banyak organ lainnya belum terbentuk. Neonatus yang telah mencapai kantong, menempelkan dirinya ke salah satu dari empat puting susu dan mulai menyusu.
Pada tahap ini, induk kembali mengalami ovulasi dan sel telur terbentuk di dalam rahim. Betina sekali lagi berkopulasi dengan jantan sehingga sel telur dibuahi. Namun, sel telur yang dibuahi tidak segera berkembang. Bila wilayah Australia Te-ngah mengalami musim kemarau panjang, seperti yang sering terjadi, telur yang dibuahi tersebut tidak mengalami perkembangan sampai musim kemarau selesai. Bila musim hujan datang dan padang rumput tumbuh, perkembangan sel telur dimulai kembali.
Pada tahap ini, kita menghadapi pertanyaan: siapa yang merencana-kan semua ini, siapa yang mengatur perkembangan telur sesuai kondisi lingkungan? Telur tidak dapat mengatur dirinya sendiri karena belum sempurna sebagai makhluk hidup, tidak berakal, dan sama sekali tidak mengetahui kondisi lingkungan di luar. Induk juga tidak dapat mengatur hal ini karena, seperti makhluk hidup lain, induk tidak mempunyai kekuasaan atas perkembangan yang terjadi di dalam tubuhnya. Peristiwa yang luar biasa ini tentu diatur oleh Allah, pencipta induk dan sel telur.
Apabila cuaca mendukung, 33 hari setelah pembuahan, neonatus baru yang sebesar biji kacang merah, merayap dari mulut rahim dan mencapai kantong induknya seperti yang dilakukan kakaknya.
Sementara itu, neonatus pertama di dalam kantong telah mengalami pertumbuhan yang nyata. Ia tumbuh tanpa mengganggu adiknya yang panjangnya hanya satu sentimeter. Setelah berumur 190 hari, anak ka-nguru sudah cukup dewasa untuk keluar dari kantong induknya. Mulai saat itu, anak kanguru menghabiskan sebagian besar waktunya di luar kantong dan sepenuhnya meninggalkan kantong pada umur 235 hari.
Tak lama sesudah kelahiran anak kedua, kanguru betina kembali berkopulasi, sehingga jumlah anak yang menggantungkan hidup pada induk adalah tiga ekor. Anak pertama sudah dapat makan rumput, namun kadang-kadang kembali ke kantong untuk menyusu; anak kedua masih berkembang dengan menyusu; anak ketiga, yang terkecil, masih dalam bentuk neonatus.
Yang mengejutkan adalah bahwa ketiga anak ini, yang berada dalam tahap perkembangan yang berbeda-beda dan bergantung pada induk-nya, masing-masing mendapatkan jenis air susu yang berbeda sesuai dengan tahap perkembangannya. Pada awal perkembangannya, anak mendapatkan susu yang bening dan tidak berwarna, kemudian susu berubah putih seperti air susu pada umumnya. Jumlah lemak dan zat kandungan lain juga bertambah sejalan dengan perkembangan anak.
    Sementara anak pertama mendapatkan susu yang sesuai dengan kebutuhannya, anak kedua menda-patkan susu yang lebih mudah dicerna pada puting susu yang lain. Dengan demikian, induk menghasil-kan dua jenis susu sekaligus dengan kandungan zat yang berbeda. Ketika anak ketiga lahir, susu yang dihasilkan juga menjadi tiga jenis: bergizi tinggi untuk anak yang lebih tua, gizi dan lemak lebih rendah un-tuk anak yang lebih muda. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap anak mendapatkan puting susu yang khusus bagi dirinya. Bila mengisap puting susu yang mengandung zat yang berbahaya baginya, susu tersebut bisa membahayakan tubuhnya.
Cara pemberian makan seperti di atas ini memang luar biasa dan jelas merupakan karya cipta yang unik. Induk kanguru tentu tidak secara sadar mengatur semuanya. Bagaimana mungkin seekor hewan dapat menentukan kandungan susu yang berbeda-beda bagi ketiga anaknya? Andaikan bisa, bagaimana ia dapat menghasilkan ketiga kandungan susu yang berbeda di dalam tubuhnya? Bagaimana ketiga jenis susu itu disalurkan melalui saluran yang berbeda?
Sudah pasti kanguru tidak mampu melakukan hal tersebut. Induk kanguru bahkan tidak menyadari bahwa susu yang dikeluarkan terdiri atas tiga macam. Proses yang sangat mengagumkan ini pasti hasil dari sifat alamiah yang sudah ada dalam tubuh hewan.

Ibu Macam Apakah Buaya Itu?

Perawatan yang dilakukan buaya, hewan liar yang hidup di sungai, untuk anaknya ternyata cukup mengejutkan.
Pertama-tama, buaya menggali lubang sebagai tempat pengeraman telur. Suhu di dalam lubang tak boleh lebih dari 30C. Kenaikan suhu sedikit saja dapat mengancam kehidupan embrio di dalam telur. Induk buaya mencegah hal ini dengan mencari lubang tempat penyimpanan terlur di tempat teduh. Meskipun demikian, ini mungkin belum cukup. Oleh karena itu, induk buaya juga melakukan upaya lain untuk menjaga suhu telur selalu konstan.
Beberapa jenis buaya tidak menggali lubang, tetapi membuat sarang di air dari rumput liar (lihat halaman kiri). Bila suhu sarang masih naik juga, buaya mendinginkan sarang dengan memercikkan air seni pada sarang. Ketika telur akan menetas, muncul suara nyaring dari sarang. Suara ini mengingatkan induk bahwa saat yang dinantikan segera tiba. Induk buaya mengeluarkan telur dan membantu anaknya keluar dari cangkang telur, menggunakan giginya sebagai penjepit. Tempat paling aman bagi anak yang baru lahir adalah kantung pe-lindung di dalam mulut induknya, yang dirancang khusus untuk me-muat setengah lusin bayi buaya.
Di sini terlihat adanya kerja sama dan rasa rela ber-korban pada hewan. Bagi orang-orang yang mengerti, semua keselarasan di alam secara jelas menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah, Sang Maha Pencipta segala yang ada di langit dan di bumi.

Teknologi Pemanfaatan Panas Burung Megapoda
Burung megapoda yang hidup di Kepulauan Pasifik menyiapkan “mesin pengeram” bagi anak-anaknya. Selama musim panas, burung ini bertelur sebutir setiap enam hari. Telur megapoda relatif besar diban-dingkan ukuran tubuhnya sendiri, hampir sebesar telur burung unta. Oleh karena itu, megapoda betina hanya mampu mengerami satu butir telur. Akibatnya, setiap enam hari, telur yang baru menetas terancam mati karena kurang mendapatkan panas. Namun, ini bukan masalah bagi mereka karena megapoda jantan mempunyai keahlian membuat “mesin pengeram” telur, menggunakan bahan yang paling berlimpah di alam, yaitu pasir dan tanah.
Untuk membuat “mesin” tersebut, enam bulan sebelum musim bertelur tiba, mega-poda jantan mulai menggali lubang dengan kedalaman satu meter dan diameter lima me-ter dengan menggunakan cakarnya yang amat besar. Lubang tersebut diisi dengan rumput liar dan daun basah. Tujuan utamanya adalah menghangatkan telur dengan menggunakan panas yang dihasilkan bakteri dalam proses pembusukan tanaman tersebut.
Ada persiapan lain yang dilakukan agar proses ini dapat berlangsung. Tumbuhan da-pat membusuk dan melepaskan panas karena bentuk corong dari lubang yang dibuat mega-poda. Lubang tersebut membuat air hujan merembes masuk dan menjaga tumpukan dedaunan tetap basah. Kelembapan yang terjadi membuat proses pembusukan dapat berlangsung di bawah pasir, dan panas pun dilepaskan. Beberapa saat sebelum musim semi, saat dimulainya musim kering di Australia, megapoda jantan mulai membuka tumpukan tumbuhan busuk tersebut agar bersentuhan dengan udara bebas. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan panas. Burung betina sekali-sekali mengunjungi lubang dan memeriksa apakah burung jantan melakukan tugasnya atau tidak. Akhirnya, burung betina bertelur di pasir di atas dedaunan busuk itu.

Megapoda Jantan: Termometer yang Peka
Agar anak dalam “mesin pengeram” dapat berkembang baik, suhu harus konstan pada 33C. Untuk mencapai hal ini, megapoda jantan secara teratur mengukur suhu pasir dengan paruhnya. Paruh ini sensitif dalam mengukur suhu layaknya termometer. Bila perlu, megapoda akan membuka lubang ventilasi untuk menurunkan suhu. Megapoda jantan bekerja dengan amat teliti. Bahkan bila ada beberapa genggam tanah jatuh menutupi lubang pengeraman, megapoda segera menyingkirkannya dengan kaki dan mencegah perubahan suhu sekecil apa pun. Di bawah pengaturan yang ketat inilah telur-telur tersebut menetas. Anak yang baru beberapa jam menetas dari telur sudah tumbuh demikian baik sehingga dapat langsung terbang.
Bagaimana hewan ini dapat melakukan tugas seperti itu selama jutaan tahun, padahal manusia pun tak dapat melakukannya? Karena kita tahu bahwa hewan tidak mempunyai akal seperti manusia, satu-satunya penjelasan dari fenomena tersebut adalah hewan ini sudah diprogram dan diciptakan untuk melakukan tugas tersebut. Bila hewan ini tidak diciptakan dengan kemampuan demikian, sulit dijelaskan bagaimana hewan ini dapat mempersiapkan segalanya enam bulan sebelumnya, atau mengetahui hakikat proses kimia yang rumit ini. Pertanyaan lain yang akan muncul adalah mengapa burung megapoda ini melakukan pekerjaan yang susah ini demi melindungi telurnya. Jawabannya tersembunyi dalam keinginan untuk berkembang biak dan melindungi anaknya.

Burung Cuckoo
Tahukah Anda, burung cuckoo bertelur di sa-rang burung lain dan memperdaya burung tersebut untuk merawat anaknya?
Ketika tiba saatnya bertelur, burung cuckoo betina berpacu dengan waktu. Dengan siaga dan berjaga, dia bersembunyi di antara dedaunan sambil memata-mati burung lain yang tengah membangun sarang. Bila dia melihat burung yang dikenalnya tengah membangun sarang, dia pun memutuskan waktu yang tepat untuk bertelur. Saat itulah dia menentukan burung yang akan memelihara anaknya.
Burung cuckoo mulai beraksi ketika melihat burung yang telah di-pilihnya bertelur. Begitu burung tersebut meninggalkan sarang, burung cuckoo terbang ke sarang tersebut dan bertelur di situ. Setelah itu, dia melakukan hal yang sangat cerdik dengan membuang salah satu telur pemilik sarang. Kecerdikan ini mencegah munculnya kecurigaan burung pemilik sarang.
Induk cuckoo menjalankan strategi yang hebat dengan penentuan waktu yang tepat, sehingga anaknya dijamin memulai kehidupan yang aman. Dalam satu musim cuckoo betina bertelur tidak hanya satu, tetapi dua puluh butir. Oleh sebab itu, dia harus menemukan banyak induk burung untuk memelihara anaknya, memata-matai banyak induk burung, dan menentukan waktu yang tepat untuk bertelur. Induk cuckoo bertelur sebutir setiap dua hari, dan setiap telur membutuhkan lima hari untuk terbentuk di dalam ovarium. Dia tidak memiliki banyak waktu.
Setelah dua belas hari masa pengeraman, telur menetas. Empat hari kemudian, ketika pertama kali membuka mata, anak cuckoo melihat induk yang penuh kasih sayangyang bukan orangtuanya. Hal pertama yang dilakukannya setelah menetas adalah membuang telur-telur yang lain dari sarang ketika induknya pergi. Induk yang merawatnya itu mem-beri makan anak cuckoo, yang dikiranya anaknya sendiri, dengan hati-hati. Menjelang minggu keenam ketika anak cuckoo meninggalkan sarang, kita akan melihat pemandangan menarik, yaitu seekor burung besar diberi makan oleh dua ekor burung kecil.
Marilah kita renungkan, mengapa induk cuckoo meninggalkan anaknya untuk dipelihara burung-burung lain. Apakah induk cuckoo terpaksa melakukannya karena malas atau karena tidak cukup cekatan untuk membangun sarang sendiri? Atau, mungkin dahulu induk cuckoo membangun sarang dan memelihara anaknya sendiri, tetapi kemudian sadar bahwa semua itu ada-lah tugas yang merepotkan, lalu dia menemukan cara ini? Menurut Anda, apakah seekor burung dapat me-nyusun sendiri rencana seperti ini?

Perang Antara Tawon “Pepsis” dan Tarantula

Selama musim berkembang biak, berbeda dengan hewan lain, tawon raksasa bernama “pepsis” tidak mau repot membangun sarang atau mengerami. Oleh alam, tawon pepsis dilengkapi mekanisme reproduksi yang benar-benar berbeda. Dia memberi makan dan melindungi telurnya dengan menggunakan labah-labah terbesar dan paling beracun di dunia, tarantula.
Tarantula umumnya bersembunyi di terowongan yang digalinya di dalam tanah. Walaupun demikian, tawon ini dilengkapi dengan sensor khusus yang sensitif untuk mencium bau tarantula, sehingga menemu-kan mangsa bukan hal yang sulit baginya. Bagaimanapun, tarantula adalah makhluk yang jarang ada. Oleh karena itu, terkadang tawon harus berjalan berjam-jam di tanah untuk menemukan satu tarantula saja. Selama perjalanan ini, tawon tidak lupa membersihkan sensor secara teratur agar tidak kehilangan sensitivitasnya.
Ketika tawon berhasil menemukan tarantula, terjadilah perang antara keduanya. Senjata utama tarantula adalah racun yang mematikan. Pada awal pertempuran, tarantula segera menggigit tawon. Akan tetapi, pepsis memiliki penangkal racun istimewa sehingga terlindung dari racun tarantula. Berkat cairan khusus yang dihasilkan tubuhnya itu, pepsis tidak terpengaruh oleh racun tarantula yang kuat.
Pada tahap ini tidak ada lagi yang bisa dilakukan tarantu-la untuk melawan pepsis. Sekarang giliran pepsis menyengat. Pepsis menggigit bagian kiri atas perut tarantula dan memasukkan racunnya di sana. Yang menarik, pepsis secara khusus memilih bagian tubuh ini karena inilah bagian tubuh tarantula yang paling sensitif. Kejadian paling menarik dimulai setelah tahap ini: racun pepsis yang dimasukkan ke dalam tubuh tarantula bukan untuk membunuh, melainkan untuk melumpuhkan tarantula.
Pepsis membawa tarantula ke tempat yang sesuai, menggali lubang, dan meletakkan tarantula di dalamnya. Kemudian pepsis melubangi perut tarantula dan bertelur di dalamnya sebutir.
Telur pepsis menetas beberapa hari kemudian. Anak pepsis mema-kan daging tarantula dan berlindung dalam tubuhnya hingga masa ke-pompong tiba. Pada masa itu anak pepsis mengalami metamorfosis.
Pepsis harus menemukan tarantula untuk setiap telur dari dua puluh butir yang ditelurkannya selama masa reproduksi.
Cara yang luar biasa ini menunjukkan bahwa sistem reproduksi tawon ini secara khusus diciptakan sesuai dengan sifat alami tarantula. Kalau tidak, sangat sulit dijelaskan adanya penawar racun tarantula dalam tubuh pepsis, atau cairan yang dihasilkan pepsis untuk melumpuhkan tarantula.

Picture Text
Tawon Pembor

Jenis tawon ini memberi makan anaknya dengan larva dari spesies tawon lain yang disebut sireks. Tawon pembor menghadapi kesulitan karena sireks melewatkan masa larvanya di dalam kulit kayu dengan kedalaman 4 cm. Oleh karena itu, induk tawon pembor harus menemukan larva sireks yang tidak terlihat dari luar. Untuk menemukan tempat larva, tawon ini menggunakan sensor yang sangat sensitif di tubuhnya. Dengan demikian, masalah pencarian lokasi larva terpecahkan.
Bagaimana dengan masalah selanjutnya? Ia menyelesaikannya dengan mengebor kulit kayu itu. Organ tubuh tawon untuk mengebor dinamakan ovipositor, panjangnya melebihi panjang tawon itu sendiri. Organ ini adalah gabungan dua anggota badan yang keluar dari ekor, dan ujungnya tajam seperti pisau ini. Di ujung “pisau” ini terdapat torehan yang mempunyai fungsi khusus. Setelah lokasi sireks ditemukan, tawon langsung membor dengan jarak sesingkat mungkin. Kedua “bor” tersebut membor kulit kayu dengan bergantian bergerak maju-mundur seperti gergaji.
Setelah larva sireks tercapai, tawon meletakkan telurnya di dalam larva melalui lubang ini. Anak tawon mulai tumbuh di dalam larva sireks yang ditemukan ibunya, ditinggalkan dalam larva yang menjadi sumber makanan sekaligus tempat berlindung. Desain yang demikian sempurna ini bukanlah hasil kebetulan yang acak, melainkan merupakan mahakarya Allah, pemilik segala kekuatan dan ilmu pengetahuan.

Tawon Pembuat Gerabah

Tawon ini memberi makan larvanya di dalam sarang, yang dibuat dari lumpur dengan keahlian tinggi. Pertama-tama, tawon ini mendapatkan seekor ulat gemuk, lalu menyengatnya pada sembilan titik yang berpengaruh pada gerakannya. Ulat tidak mati, tetapi lumpuh dan tidak bisa bergerak lagi. Tawon dengan hati-hati membawa ulat ke dalam sarang. Ulat lumpuh ini menjadi makanan larva tawon sampai larva tersebut dewasa dan siap meninggalkan sarang.

Bila alam memang seperti yang dikatakan Darwin, yakni setiap individu hanya memedulikan dirinya sendiri, tak akan ada makhluk hidup yang menghabiskan begitu banyak waktu dan energi, serta melawan lapar ha-nya untuk melindungi dan memberi makan anaknya.

Untuk melindungi diri dari iklim kutub yang sangat dingin, penguin berkumpul dekat-dekat. Dengan demikian, para penguin kecil juga berkesempatan untuk berkumpul bersama, sekaligus terlindungi dari pengaruh angin dingin.

“Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.“ (QS. Al Faathir, 35: 11)

Meskipun wajahnya besar dan buas, induk buaya memberikan perawatan terbaik bagi anaknya. Ia memberikan naungan yang aman bagi bayinya yang masih lemah dalam kantung khusus dalam mulutnya.

Megapoda jantan menggali lubang untuk menyimpan telur

Ketika megapoda jantan menggali lubang, betinanya hanya mengawasi tanpa ikut campur sama sekali.

Saat waktu menetas tiba, telur dikeluarkan dari sarang.

Induk cuckoo bertelur di samping telur-telur burung lain. Sebelumnya, cukup lama induk cuckoo mengamati sarang burung yang dia pilih. Begitu burung pemilik sarang pergi, dengan hati-hati dia bertelur di dalam sarang. Sementara itu, induk cuckoo membuang salah satu telur di sarang, sehingga burung pemilik sarang tidak akan curiga.

Yang Manakah yang Anak?
Hal pertama yang dilakukan anak cuckoo ketika menetas adalah membuang telur-telur lain yang ada di dalam sarang. Dengan demi-kian, induk yang merawatnya hanya akan memberi makan dia sen-diri. Meskipun enam minggu telah berlalu dan anak cuckoo tumbuh lebih besar dari dirinya, induk yang merawatnya tetap melakukan tugas keibuan dengan sangat cermat.

“Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.” (QS. Asy-Syu’araa, 26: 28) !

Tawon menyengat bagian kiri atas perut tarantula. Ini adalah bagian yang paling tepat untuk melumpuhkan tarantula.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hal Unik Yang Pernah Kutemui - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger